Kelahiran seorang bayi ke dunia mengubah segalanya. Mulai dari status ibu-ayah-anak, peran menjadi orangtua, bahkan hingga hal sepele seperti aroma harum khas bayi yang memenuhi bilik kamar. Kendati demikian, it’s getting real saat melihat kehadirannya di sisi mereka.
Agaknya, menjadi orangtua bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Mental, materi, hingga ilmu dipersiapkan secara masak.
Namun, ada satu hal yang seringkali terlupakan, misalnya penyakit bawaan yang mungkin anak kita dapatkan di hari kelahirannya. Salah satunya adalah ptosis kongenital.
Menurut Griepentrog et al, 7.9/100.000 merupakan angka insidensi kasus ptosis kongenital di dunia, dan 20% kasus tersebut mengarah pada terjadinya amblyopia atau mata malas pada anak. Ingin mengetahui lebih lanjut tentang ptosis kongenital?
Yuk, ikuti pembahasan di bawah ini!
Apa itu ptosis kongenital?
Ptosis kongenital adalah suatu kondisi turunnya kelopak mata pada anak. Istilah Latin ptosis berarti “jatuh”, sedangkan kongenital di sini berarti “bawaan” yang mana penyakit ini didapatkan oleh seorang anak sejak dia berada di dalam kandungan. Ptosis kongenital disebut juga sebagai droopy eyelids.
Umumnya, gangguan mata ini tidak terdeteksi sesaat setelah bayi dilahirkan, namun gejala akan semakin jelas pada beberapa bulan setelahnya.
Gangguan mata ptosis kongenital dapat terjadi pada salah satu mata (uniteral) ataupun pada kedua mata (bilateral).
Apabila penyakit mata ptosis sudah terdeteksi, sebaiknya segera pergi ke dokter dan lakukan pemeriksaan secara menyeluruh supaya ptosis dapat segera ditangani.
Pasalnya, ptosis kongenital yang tidak segera ditangani akan mengarah pada terjadinya mata malas.
Kejadian ptosis kongenital tidak pandang bulu. Berbagai faktor seperti ras dan jenis kelamin tidak mempengaruhi terjadinya kelopak mata turun, sehingga tidak ada kecenderungan terjadi ptosis pada ras atau jenis kelamin tertentu. Namun, ptosis dapat disebabkan oleh faktor keturunan.
Penyebab Ptosis Kongenital
Idiopatik (penyebab yang tidak diketahui) merupakan penyebab pada kebanyakan kasus ptosis kongenital.
Salah satu kemungkinannya adalah faktor keturunan atau genetik sebagai tanda adanya kemungkinan kelainan kromosom atau genetik.
Pada umumnya, ptosis kongenital terjadi akibat lemahnya otot levator yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata.
Ketidakmampuan otot levator menyebabkan kelopak mata menurun. Dalam sebuah studi berjudul Clinical Presentation and Management of Congenital Ptosis disebutkan bahwa ptosis kongenital seringkali hadir bersama dengan beberapa kondisi seperti:
1. Sindrom Duane
Sindrom Duane adalah sebuah kondisi dimana mata seorang anak tidak dapat bergerak dengan leluasa disebabkan oleh tidak berfungsinya saraf dan otot di sekitar mata. Sindrom Duane biasanya dialami seseorang sejak lahir.
Saraf yang seharusnya berkembang di minggu ke-3 hingga ke-8, tidak berkembang dengan baik atau berkembang secara abnormal sehingga menyebabkan terjadinya sindrom Duane.
Penderitanya tidak dapat menggerakkan mata ke sisi samping, ke arah dalam menuju hidung, atau keduanya.
2. Blepharophimosis-Ptosis-Epicanthus Inversus Syndrome (BEPS)
Gangguan mata BEPS merupakan kondisi yang disebabkan oleh perkembangan langka yang mempengaruhi kelopak mata dan indung telur pada wanita. Kondisi ini umumnya dapat diketahui saat kelahirannya.
BEPS memiliki tanda-tanda seperti mata yang sempit, kelopak mata bagian atas trun, dan kelopak mata bagian bawah yang naik mendekati sudut mata bagian dalam (menuju tulang hidung). Diperlukan tindakan operasi untuk menangani kasus BEPS.
3. Sindrom Lymphedema-Distichiasis
Sindrom lymphedema-distichiasis merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi fungsi sistem limfa yang emrupakan bagian dari sistem imun dan sistem peredaran darah. Pada kinerja tubuh, sistem limfa berfungsi untuk memproduksi serta mendistribusikan cairan dan sel imun ke seluruh tubuh.
Penderita lymphedema-distichiasis mengalami bengkak (lymphedema) pada bagian tubuhnya seperti tangan dan kaki, serta pertumbuhan bulu mata yang berlebihan (distichiasis) hingga bergesekan dengan bola mata sehingga dapat menyebabkan terganggunya penglihatan pada kornea.
Selain tanda-tanda di atas, penyakit ini juga kerap dikaitkan dengan berbagai jenis penyakit seperti varises, ketidaknormalan jantung, dan terbukanya dinding mulut.
Selain itu, ptosis atau turunnya kelopak mata ditemukan pada 30% kasus Sindrom Lymphedema-Distichiasis.
4. Congenital Fibrosis of the Extraocular Muscles (CFEOM)
CFEOM adalah suatu kondisi bawaan langka yang ditandai dengan mata juling (strabismus) restriktif non-progresif pada salah satu atau kedua mata. Gangguan mata ini juga dapat disertai atau tanpa ptosis.
Gangguan mata CFEOM memiliki beberapa gejala, diantaranya seperti ptosis pada salah satu atau kedua mata, sering mendongakkan dagu agar mendapatkan penglihatan yang lebih jelas, serta penglihatan yang buruk karena mata malas yang disebabkan oleh ptosis kongenital.
5. Sindrom myasthenia bawaan
Sindrom myasthenia bawaan atau yang biasa disebut sebagai myastenia gravis merupaka suatu penyakit autoimune yang langka.
Penyakit ini menyebabkan otot tubuh penderitanya terasa lemas setelah berkegiatan, misalnya seperti otot pada kaki, tangan, mulut, serta mata.
Umumnya, sindrom myasthenia bawaan menunjukkan berbagai gejala, namun salah satunya adalah ptosis atau kelopak mata turun.
Hal ini disebabkan karena otot di sekitar mata lemas dan tidak dapat menahan kelopak mata sehingga terjadilah turunnya kelopak mata.
Apakah Ptosis Kongenital dapat Disembuhkan?
Jawabannya adalah bisa. Ptosis kongenital yang terdeteksi sejak dini dapat disembuhkan dengan penanganan yang tepat.
Untuk menyembuhkannya, penderita ptosis kongenital yang didominasi oleh anak-anak, harus melewati proses tindakan bedah operasi.
Sesaat setelah proses diagnosa selesai, treatment atau penanganan harus segera dilakukan sebab apabila tidak segera dilakukan, maka dapat menimbulkan berbagai masalah di kemudian hari.
Salah satunya adalah mata malas atau amblyopia.
Mata malas adalah suatu kondisi dimana fungsi mata tidak dapat berkerja secara maksimal dan optimal. Pasalnya, otot mata yang seharusnya berperan dalam proses penglihatan justru lemah dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kehilangan penglihatan atau vision loss.
Tidak hanya itu, mata malas yang disebabkan oleh kongenital ptosis dapat mempengaruhi prestasi akademik anak.
Hal ini dikarenakan hampir seluruh informasi visual diperoleh berkat peran mata yang baik.
Namun, apa jadinya ketika mata yang seharusnya menyerap informasi justru mengalami masalah?
Proses penyerapan infromasi di sekolah akan terbatas sehingga dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi prestasi akademik anak.
Selain itu, secara tidak langsung, psikologis anak akan terserang karena munculnya rasa rendah diri dalam hati mereka.
Oleh karenanya, orangtua harus memperhatikan anak-anaknya sebaik mungkin sebab mereka lah orang-orang yang selalu ada di sisinya.
Firasat dan kepekaan orangtua tidak akan pernah salah, termasuk salah satunya adalah memperhatikan kondisi fisik dan psikis anak.
Di samping itu, sudah menjadi tugas orangtua untuk memastikan tumbuh kembang anak berada di dalam batas normal.
Semua orangtua pasti mneginginkan anaknya memiliki jiwa dan fisik yang kuat seperti pada ungkapan mens sana in corpore sano. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah dengan:
- Melakukan aktivitas fisik atau olahraga ringan setiap hari
- Memastikan asupan nutrisi yang bergizi
- Membatasi penggunaan gadget sesuai kebutuhan
- Memenuhi asupan cairan anak minimal 8 gelas sehari
- Membawa anak untuk melakukan pemeriksaan rutin atau medical check-up
Alangkah baiknya apabila orangtua juga memberikan suplemen atau vitaimin untuk anak. Salah satunya adalah vitamin mata Eyebost.
Berbagai kandungan alami seperti ekstrak wortel, blueberry, bilberry, bunga marigold, serta madu alami terkandung di dalamnya guna memelihara kesehatan mata anak yang aman dikonsumsi oleh anak di atas usia 2 tahun. Ingat mata, ingat Eyebost!
Tinggalkan komentar