Layaknya mendeskripsikan anak-anak dengan ikat rambut lucu, orang berusia lanjut seringkali dideskripsikan dengan kacamatanya. Bagaimana tidak, mayoritas kalangan usia lanjut memang memakai kacamata untuk memudahkannya dalam beraktivitas sehari-hari.
Yup, mereka membutuhkan kacamata sebab mereka mengalami gangguan penglihatan bernama rabun dekat atau yang disebut juga dengan hipermetropi atau hiperopia. Namun, tahukah kalian apa itu hiperopia?
Masalah penglihatan yang satu ini terbilang umum terjadi saat kita menginjak usia senja sehingga kita perlu memahami dengan baik tentang apa itu hiperopia berikut penyebab dan cara mengatasinya.
So, bagaimana kalau kita mengupasnya bersama?
Let’s go!
Apa Itu Gangguan Mata Hiperopia?

Hiperopia adalah masalah penglihatan yang menyebabkan penderitanya mengalami penglihatan buram untuk melihat benda jarak dekat. Gangguan penglihatan yang satu ini memiliki nama lain hipermetropi.
Tanpa alat bantu, penderitanya otomatis menjauhkan benda agar dapat terlihat dengan jelas, misalnya teks untuk dibaca.
Umumnya, mereka dapat melihat dengan jelas pada jarak 20 kaki atau sekitar 6 meter. Kendati demikian, orang yang menderita hiperopia dengan derajat keparahan tinggi mungkin akan kesulitan melihat dengan baik pada jarak berapapun.
Tapi, kamu penasaran nggak sih berapa banyak orang yang mengalami hiperopia?
Berdasarkan salah satu analisis, setidaknya sekitar 30,9% orang dewasa dan 4,6% anak-anak mengalami gangguan mata hyperopia. Namun, prevalensi pastinya bervariasi berdasarkan metode yang digunakan oleh peneliti.
Sebagai contoh, kelompok orang yang berusia di atas 40 diikutsertakan karena berusia di atas 40 tahun berarti turut meningkatkan seseorang mengalami presbiopi, yang mana penderitanya mengalami hiperopia akibat perubahan bentuk lensa mata karena pertambahan usia.
Gejala dan Penyebab Gangguan Mata Hiperopia

Setelah kita membahas tentang apa itu hiperopia, selanjutnya kita akan mengupas mengenai gejala dan penyebabnya. Nantinya, pengetahuan tersebut bermanfaat dalam upaya pencegahan dan penanganan untuk mengembalikan optimalitas fungsi penglihatan.
Pertama, gejala.
Ahli medis menyampaikan bahwa kita mungkin tidak menyadari adanya masalah yang berarti pada fungsi penglihatan. Bagaimanapun, waspadai ketika kamu mengalami beberapa gejala di bawah ini akibat otot mata yang bekerja terlalu keras untuk dapat melihat dengan jelas, di antaranya seperti:
- Penglihatan buram, terutama saat melihat benda jarak dekat
- Penglihatan buruk ketika malam hari
- Penglihatan ganda saat membaca
- Kesulitan membaca
- Cenderung menyipitkan mata saat membaca
- Mata lelah
- Nyeri pada mata
- Seringkali mengucek mata atau tidak tertarik untuk membaca untuk anak-anak
Kedua, penyebab.
Perlu kita ketahui bersama, penyebab berbeda halnya dengan faktor risiko. Dalam hal ini, ketika penyebab merupakan faktor yang melatarbelakangi terjadinya hyperopia, maka faktor risiko disebut sebagai faktor yang meningkatkan kesempatan seseorang terkena gangguan mata tersebut.
Adapun dua penyebab hipermetropi yang paling umum, yaitu bola mata yang relatif pendek atau decreased axial length dan kornea yang lebih datar.
Kenapa demikian?
Jadi, dua hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana cahaya dibiaskan oleh mata agar mata dapat melihat suatu benda nih, teman mata.
Panjang bola mata dan kelengkungan kornea yang baik memungkinkan cahaya yang dibiaskan di dalam mata jatuh tepat di retina sehingga benda-benda terlihat dengan jelas. Pada hiperopia, cahaya tersebut justru jatuh di belakang retina, atau yang dinamakan dengan kelainan refraksi.
Oh iya, kelainan refraksi adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh ketidaktepatan posisi saat cahaya yang dibiaskan di dalam mata. Alih-alih tepat di retina, kelainan refraksi membuat cahaya jatuh di depan atau belakang retina, bahkan tidak beraturan.
Kelainan refraksi terdiri dari empat jenis, yaitu hiperopia, miopia, presbiopi, dan astigmatisme.
Apakah Gangguan Mata Hiperopia Keturunan?

Sayangnya, para peneliti mempercayai bahwa hyperopia memiliki komponen genetik. Artinya, gen yang kita bawa dari kedua orang tua kita mungkin akan mempengaruhi apakah kita mengalami hyperopia atau tidak.
Misalnya, ada beberapa gen yang mempengaruhi perkembangan mata, termasuk panjang aksial yang mana panjang aksial atau axial length adalah panjang yang diukur dari permukaan depan kornea hingga permukaan retina mata.
Adapun beberapa penderita hyperopia dengan derajat keparahan tinggi yang dipengaruhi oleh penyakit akibat keturunan, seperti:
- Sindrom Fragile X (Fragile X Syndrome)
- Sindrom Down (Down Syndrome)
- Achromatopsia
Cara Mengatasi Gangguan Mata Hiperopia

Seperti halnya kelainan refraksi yang lain, rabun dekat harus dikoreksi agar penderitanya dapat melihat dengan jelas. Namun yang perlu diingat adalah bahwa cara-cara di bawah ini tidak serta-merta menyembuhkan hiperopia ya, teman mata.
Penasaran kan apa saja sih cara mengatasi gangguan mata hiperopia?
Cleveland Clinic telah merangkum tiga cara mengatasi rabun dekat yang umumnya dilakukan oleh ahli medis, di antaranya adalah:
1. Kacamata
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana dan umum untuk mengoreksi kelainan refraksi, mulai dari rabun miopi, hipermetropi, presbiopi, dan astigmatisme.
Lensa yang digunakan pada kacamata akan merubah bagaimana cahaya fokus pada retina. Derajat pada hiperopia menentukan jenis lensa apakah yang kamu butuhkan, dan seberapa sering kamu harus memakainya, nih.
2. Lensa Kontak
For your information, mekanisme kerja lensa kontak sama dengan kacamata yaitu mengoreksi biasan cahaya yang masuk ke dalam mata agar jatuh tepat di retina. Harapannya, fungsi penglihatan membaik dan penderitanya dapat melihat dengan baik seperti sedia kala.
Letak perbedaannya hanya pada bentuknya saja, kok. Lensa kontak memiliki bentuk bulat menyerupai kubah, transparan, dan lunak. Umur pemakaiannya bervariasi, mulai dari harian, mingguan, hingga bulanan.
Pun, saat ini lensa kontak banyak dipakai sebagai penunjang penampilan dan kepercayaan diri. Tetapi ingat ya, belilah lensa kontak yang aman dan terpercaya kehigienisannya.
Oh iya, perhatikan dan ikuti instruksi memakai, melepas, dan merawat lensa kontak agar terhindar dari isu gangguan mata, seperti infeksi mata.
3. Operasi
Waduh, benarkah operasi dapat mengoreksi kelainan refraksi?
Perlu kalian ketahui, operasi mata yang bertujuan untuk mengoreksi kelainan refraksi sudah mulai dikenal sejak beberapa dekade yang lalu. Salah satu yang paling terkenal adalah operasi LASIK (Laser-Assisted In Situ Keratomileusis).
Kabar baiknya, operasi semacam ini bersifat permanen atau dalam kata lain dapat menyembuhkan kelainan refraksi yang dialami. Pemulihannya pun terbilang cepat sehingga kamu tidak perlu risau.
Akan tetapi, hal ini tidak menutup kemungkinan kamu bisa mengalami kelainan refraksi lagi di kemudian hari apabila tidak menjaga kesehatan mata dengan baik ya, teman mata.
Seperti yang kita tau, operasi mata pun tidak dapat menjamin mata kita terbebas dari gangguan mata seperti halnya pada hiperopia, bukan?
Karenanya, menjaga kesehatan mata menjadi poin paling penting dalam memastikan setiap bagian mata berfungsi secara optimal dan maksimal.
Salah satu upaya menjaga kesehatan mata adalah dengan mengonsumsi vitamin mata Eyebost. Berbahan dasar madu, Eyebost diperkaya dengan ekstrak wortel, buah bilberry, bunga marigold, dan madu asli yang mengandung vitamin A, C, E, serta kaya akan antioksidan (lutein, polifenol, antosianin, dan flavonoid).
Semua komposisinya dijamin berasal dari 100% bahan alami tanpa pengawet buatan sehingga aman dikonsumsi setiap hari oleh semua kalangan usia mulai dari usia 2 tahun hingga lanjut usia tanpa menimbulkan efek ketergantungan.
Kamu bisa membeli Eyebost yang asli di website resminya. Selain itu, pembelian melalui website melayani konsultasi gratis melalui customer service kami yang sangat berpengalaman.
Tunggu apalagi, yuk minum Eyebost sekarang juga untuk mata yang lebih sehat!
Ingat mata, ingat Eyebost!
Tinggalkan komentar