Indonesia sedang menyiapkan berbagai proyek untuk menyambut Indonesia Emas 2045. Era ini diperkirakan akan menjadi puncak kejayaan digitalisasi dengan ratusan inovasi yang semakin menambah kepercayaan diri bangsa untuk bersaing secara global.
Bagaimanapun, perencanaan semacam ini harus dipersiapkan secara matang, termasuk memikirkan dampak yang mungkin terjadi. Contohnya, dalam kaitannya dengan kesehatan mata, pemerintah wajib memperhatikan tentang perlindungan mata di era digital.
Lantas, sebenarnya apa kaitannya era digital dengan perlindungan mata?
Okay, kita akan membahasnya satu per satu, mulai dari pentingnya melakukan perlindungan mata di era digital hingga tips melindungi mata di era digital. Jangan lewatkan pembahasan yang satu ini kalau kamu tidak ingin menyesal ya, teman mata!
Pentingnya Perlindungan Mata di Era Digital

Pandemi akibat virus COVID-19 meninggalkan banyak duka dan luka pada hampir semua orang di dunia. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa kita akan melewati masa-masa kelam yang kini tinggal cerita.
Tercatat dalam sejarah, ada banyak hal yang harus dibenahi, baik itu dalam lingkup personal, keluarga, sosial, maupun pemerintahan. Di kalangan ahli medis, dampak pemakaian gawai ketika pandemi menjadi isu yang masih hangat diperbincangkan.
Betapa tidak, pembatasan mobilitas mengharuskan anak-anak sekolah menerima pembelajaran daring (dalam jaringan), yang berarti bahwa semua materi dan penjelasannya disampaikan oleh guru melalui aplikasi pesan dan layanan video conference.
Dalam satu hari, sudah pasti anak-anak melakukan screen time lebih dari waktu yang direkomendasikan. Paparan layar gawai yang terlalu lama dan dalam jangka waktu panjang memunculkan masalah baru, yaitu kelainan refraksi.
Data menunjukkan bahwa prevalensi kelainan refraksi pada anak usia sekolah di tahun 2023 adalah sebesar 35-40%. Angka tersebut menyiratkan adanya peningkatan persentase kelainan refraksi yang signifikan apabila dibandingkan dengan hasil riset pada tahun 2012 silam.
Fenomena ini jelas menjadi pukulan berat bagi kita. Pasalnya, di Indonesia, kasus kelainan refraksi yang belum terkoreksi masih terbilang tinggi, padahal risiko kebutaan terus membayangi. Pun, kejadian ini berpotensi mengakibatkan penurunan prestasi akademik anak-anak di sekolah.
Oleh karenanya, perlindungan mata di era digital menjadi suatu hal yang vital. Inilah alasan mengapa ahli medis, khususnya Persatuan Dokter Mata Indonesia (PERDAMI) terus melakukan kampanye mata sehat setiap tahun.
Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, sudah sepatutnya kita ikut menyukseskan program pemerintah dengan meningkatkan awareness tentang kesehatan mata sekaligus mengupayakan hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mata.
Risiko Gangguan Penglihatan di Era Digital

Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi semakin memudahkan aktivitas di segala bidang. Kecanggihan gawai pun menyihir siapapun penggunanya.
Bagaimanapun, Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan dua sisi. Ketika kemajuan dan kecanggihan teknologi semakin dielu-elukan, risiko gangguan penglihatan di era digital tak terbantahkan.
Sebelum sampai di upaya perlindungan mata di era digital, waspadai gangguan penglihatan yang timbul akibat penggunaan gawai yang kurang bijak, di antaranya adalah:
1. Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi adalah suatu kondisi di mana fokus penglihatan jatuh di depan atau belakang retina, atau bahkan tidak beraturan, padahal seharusnya fokus penglihatan jatuh tepat di retina.
Kondisi ini mengakibatkan penderitanya tidak mampu melihat benda dengan jelas. Ada empat jenis kelainan refraksi, yaitu miopi, hipermetropi, presbiopi, dan astigmatisme.
Dalam berbagai jurnal dan artikel, disebutkan bahwa pemakaian gawai berisiko menyebabkan kelainan refraksi. Sebenarnya, kelainan refraksi dipengaruhi oleh faktor genetik yang diturunkan oleh salah satu atau kedua orang tua, tetapi kondisi ini bisa diperparah dengan pemakaian gawai, nih.
Pada dasarnya, gawai tidak menimbulkan minus sebagai salah satu kelainan refraksi yang sering dialami. Kondisi ini dipicu oleh kebiasaan melihat benda (layar) jarak dekat dalam jangka waktu lama.
Aktivitas semacam ini akan mempengaruhi fokus mata pada benda jarak jauh. Selain risiko yang muncul lebih awal, penambahan minus pun sangat mungkin terjadi.
2. Computer Vision Syndrome
Computer Vision Syndrome (CVS) adalah kumpulan gejala yang muncul akibat pemakaian gawai terlalu lama tanpa mengistirahatkan mata. Tidak kalangan remaja dan dewasa, anak-anak juga bisa mengalaminya, lho.
Adapun gejala-gejala CVS yang perlu kamu waspadai, meliputi mata lelah, merah, berair, kering, penglihatan kabur, penglihatan ganda, pusing, sakit kepala, sulit memfokuskan mata, mual, nyeri pundak dan leher.
Biasanya, anak-anak belum bisa menyampaikan ketidaknyamanan yang dirasakan. Namun, anak-anak yang mengalami CVS umumnya memberikan tanda seperti, sering berkedip.
Oh iya, kondisi ini bisa diperparah dengan penggunaan AC yang terlalu kencang dan pencahayaan layar yang terlalu terang.
Tips Melindungi Mata di Era Digital

Perlindungan mata di era digital merupakan isu yang selalu menarik untuk diperbincangkan. Bagaimana tidak, banyak dari kita yang mengabaikan kesehatan mata tanpa memperhitungkan risiko yang akan dihadapi di kemudian hari.
Jadi, ketika pertanyaan “Mengapa mata harus dilindungi?” dilontarkan, kita bisa menjawab dengan lantang bahwa sejatinya, melindungi mata adalah salah satu bentuk rasa syukur dan tanggung jawab kita terhadap pemberian Tuhan. Tanpa mata, dunia kita tidak baik-baik saja.
Oleh sebab itu, perlindungan mata di era digital harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran. Berikut di bawah ini merupakan tips melindungi mata di era digital agar mata selalu sehat bebas gangguan, yaitu:
- Lakukan aturan 20-20-20, yaitu istirahatkan mata setiap 20 menit dengan melihat benda sejauh 20 kaki selama 20 detik
- Atur pencahayaan layar gawai dan ruangan
- Hindari sumber cahaya yang berpotensi memantulkan cahaya (silau) ke layar
- Atur besar kecilnya ukuran font
- Posisi layar harus 50-60cm dari mata
- Gunakan obat tetes mata atau air mata buatan untuk menghidrasi permukaan mata
- Gunakan fitur anti radiasi pada kacamata untuk menghalau sinar biru yang dipaparkan dari layar ke mata
- Konsumsi makanan yang kaya akan lutein dan zeaxanthin
Bagaimana? Apakah penjelasan pada artikel di atas sudah menjawab pertanyaanmu tentang perlindungan mata di era digital?
Semoga apa yang disampaikan kelak membawa manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Pada poin terakhir tentang tips melindungi mata di era digital, disebutkan bahwa ahli medis merekomendasikan untuk mengonsumsi makanan tinggi lutein dan zeaxanthin. Keduanya merupakan jenis antioksidan yang baik untuk menutrisi mata.
Pada sumber makanan, antioksidan tersebut bisa ditemukan di brokoli, bayam, kale, jagung manis, buncis, kacang polong, lobak hijau, tomat, jeruk, wortel, dan telur (kuning telur).
Nah, kalau kamu kesulitan untuk memenuhi itu semua, Eyebost adalah pilihan yang tepat!
Eyebost adalah vitamin mata berbahan dasar madu yang dikombinasikan dengan ekstrak wortel, buah bilberry, dan bunga marigold. Bukan hanya vitamin A, C, dan E, Eyebost juga diperkaya dengan antioksidan lutein, antosianin, polifenol, dan flavonoid.
Minum Eyebost setiap hari menjadi bagian dari upaya perlindungan mata di era digital agar penglihatan senantiasa tajam, jernih, fokus, dan bebas dari gangguan mata.
Yang lebih melegakan lagi adalah Eyebost tidak menimbulkan efek samping dan ketergantungan sama sekali sebab diformulasikan dari 100% bahan alami pilihan dan tanpa pengawet (free preservatives).
Eyebost aman dikonsumsi oleh semua kalangan usia, mulai dari anak-anak berusia di atas 2 tahun, remaja, dewasa, hingga lansia. Jadi, Eyebost digadang-gadang menjadi vitamin mata keluarga terbaik abad ini.
Daripada ngalor-ngidul, yuk langsung meluncur ke website resmi Eyebost dan klik order sekarang juga!
Sssttt, ada promo menarik dan sesi konsultasi gratis untuk pembelian melalui website, lho!
Ingat mata, ingat Eyebost!
Tinggalkan komentar