Kenali yuk seputar Hipermetropi! Setiap orangtua pasti selalu memiliki harapan bahwa anak-anaknya senantiasa berprestasi di sekolah, segala bentuk dukungan moril dan materil tak henti-hentinya dikucurkan untuk anak tercinta.
Namun dalam prosesnya, terkadang ada beberapa hambatan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kelainan refraksi.
Kelainan refraksi merupakan suatu kelainan pada pengelihatan yang membuat semua benda yang dilihatnya terlihat tidak jelas.
Dalam sebuah studi berjudul Simulasi Kelainan Hipermetropi yang Berhubungan Dengan Kinerja Akademik pada Siswa Sekolah Dasar Swasta Jember Bandung Tahun 2018 disebutkan bahwa kelainan refraksi di Indonesia memiliki prevalensi yang cukup tinggi yaitu sebesar 24,7% dan pada anak-anak usia sekolah dasar sebesar 10% dari 66 juta anak Indonesia.
Dewasa ini, kelainan refraksi menjadi salah satu konsentrasi para tenaga kesehatan karena memiliki resiko yang cukup membahayakan yaitu kebutaan.
Ada begitu banyak orang-orang yang tidak menyadari bahwa dirinya terkena kelainan refraksi karena selalu mengabaikan rasa tidak nyaman pada mata. Salah satu kelainan refraksi yang banyak diderita adalah hyperopia atau hipermetropi.
Pengertian Hipermetropi atau Rabun Dekat
Hipermetropi atau farsightedness adalah suatu kelainan refraksi di. Pada mata normal, cahaya difokuskan tepat di retina sehingga saraf pada retina akan mengirimkan sinyal ke otak yang kemudian membuat mata dapat melihat dengan jelas semua benda yang dilihatnya.
Hipermetropi biasa dikenal sebagai rabun dekat karena penderitanya kehilangan kemampuan untuk melihat benda-benda dengan jarak dekat.
Baca Juga Yuk: Fakta atau Mitos? Mata Minus Bisa Disembuhkan?
Berdasarkan tingkat kekuatan lensa koreksi, hipermetropi atau hyperopia dibagi menjadi tiga, yaitu rabun dekat ringan (+0,25D sampai +3,00), rabun dekat sedang (+3,25D sampai +6,00), dan rabun dekat berat (> +6,00).
Gejala Hipermetropi
Seringkali, anak-anak sulit untuk mengungkapkan tentang rasa tidak nyaman kepada orangtua. Bagaimana pun, seringkali hal-hal tersebut nampak pada keseharian anak.
Sebagai orangtua, lakukanlah observasi mandiri dari kebiasaan anak di rumah sebelum melakukan pemeriksaan mata atau eye exam di klinik atau rumah sakit terdekat.
Di bawah ini merupakan beberapa gejala yang ditunjukkan oleh penderita rabun dekat atau hipermetropi, termasuk anak-anak
- Pengelihatan kabur untuk jarak jauh maupun dekat
- Benda terlihat ganda atau rasa juling pada mata
- Mata lelah
- Menyipitkan mata supaya benda terlihat jelas
- Anak-anak cenderung duduk di bangku belakang di kelas
Penderita miopi dengan derajat ringan biasanya masih dapat melihat benda-benda dengan jarak dekat tanpa bantuan lensa koreksi seperti kaca mata.
Tetapi, penderita hipermetropi dengan derajat tinggi hanya dapat melihat jelas dengan jarak > 25cm. Lebih dari itu, mereka harus memerlukan bantuan lensa koreksi untuk melihat dengan baik.
Penyebab Hipermetropi
Menurut WHO, penyebab gangguan pengelihatan terbanyak di seluruh dunia adalah karena adanya kelainan refraksi yang tidak terkoreksi.
Kemudian, diikuti oleh katarak dan glaukoma. Sebanyak 18% tidak dapat ditentukan, dan 1% diperoleh pada masa kanak-kanak. Inilah alasan mengapa kelainan refraksi harus segera dikoreksi.
Namun, sebelumnya kita perlu mengetahui penyebab hipermetropi, antara lain:
- Genetik
Beberapa anak terlahir dengan hipermetropi ringan yang dapat diturunkan dari keluarganya. Apabila tidak segera dikoreksi, hipermetropi akan bertambah parah hingga +5,00D. - Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek
Penyebab sumbu utama bola mata pendek biasanya terjadi karena adanya kelainan atau penyakit lain, seperti ablasio retina (retina lepas dari dasarnya), mikropthalmia, dan renitis sentralis. - Gangguan refraksi pada kornea, aqueous humour, vitreus humous, dan lensa
Ada dua kemungkinan gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropi, antara lain perubahan komposisi kornea dan lensa (mengakibatkan kekuatan refraksi menurun) dan perubahan komposisi aqueous humour dan vitreus humous. - Tidak kuatnya kelengkungan kornea dan lensa
Kelengkungan kornea dan lensa berkurang dan hal tersebut akan menyebabkan bayangan terfokuskan di belakang retina dan kemudian menyebabkan hipermetropi. - Perubahan posisi lensa
Posisi lensa yang menjadi lebih posterior menjadi salah satu penyebab kelainan refraksi hipermetropi atau hyperopia. - Diabetes Militus
Penderita diabetes militus terancam terkena hipermetropi apabila kadar gula darah berada di bawah normal. - Tindakan medis tertentu
Hipermetropi bisa didapat oleh seseorang dari suatu tindakan pengeluaran lensa, seperti halnya pada operasi katarak.
Pengaruh Rabun Dekat pada Prestasi Anak
Penglihatan sangat berperan dalam proses belajar anak. Hampir segala bentuk informasi diserap oleh anak secara visual sehingga mata dengan pengelihatan yang baik sangat dibutuhkan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kelainan refraksi menjadi salah satu hambatan dalam proses pembelajaran.
Menurut sebuah studi berjudul Refractive Error and Visual Impairment in Prmary School Children in Onitsha, Aanambra State, Nigeria African Vision and Eye Health, didapatkan hasil yang signifikan bahwa kelainan refraksi mengganggu penglihatan dan prestasi belajar anak di sekolah.
Termasuk salah satunya adalah hipermetropi. Hipermetropi yang tidak segera dikoreksi akan menghambat potensi untuk mengembangkan kecerdasan anak.
Apabila kecerdasan terhambat, hal tersebut akan berdampak pada prestasi anak, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Penting untuk anak dan orangtua untuk mengkomunikasikan tentang bagaimana cara mengatasi hipermetropi.
Apakah Rabun Dekat Dapat Disembuhkan?
Pada resep hasil pemeriksaan mata, diberikan tanpa plus (+) di depan angka kekuatan refraksi dan dinyatakan dalam satuan dioptri (D).
Itulah alasan mengapa mata rabun dekat biasa juga disebut sebagai mata plus. Selain anak-anak, mata plus atau hipermetropi juga beresiko diderita oleh orang berusia lebih dari 40 tahun. Kondisi tersebut akan mengganggu kegiatan sehari-hari seperti belajar dan bekerja.
Sayangnya, hipermetropi atau mata plus tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan biasa. Obat-obatan biasanya diberikan hanya untuk merawat mata dengan kelaianan refraksi.
Kelainan ini hanya dapat disembuhkan dengan melakukan operasi LASIK (Laser-Assissted In-Situ Keratomileusis). Adapun pernyataan yang perlu digaris bawahi adalah bahwa output atau hasil dari operasi LASIK mungkin akan berbeda-beda pada setiap orang.
Beberapa orang yang menjalani tindakan ini, katakanlah penderita mata plus, akan benar-benar sembuh total. Tetapi, ada juga penderita lain yang plus pada matanya tidak dapat sepenuhnya hilang.
Nilai kekuatan refraksi pada mata mereka hanya berkurang dan tidak menghilangkan ketergantungan pada lensa koreksi seperti kacamata atau softlense.
Jadi, tidak heran apabila ada sebagian orang yang masih menggunakan kacamata atau softlense selepas menjalani operasi tersebut.
Penderita hipermetropi yang akan menjalani operasi LASIK juga harus menjalani beberapa prosedur. Salah satunya adalah pemeriksaan kondisi retina pada mata.
Penderita yang memiliki retina tipis atau sobek tidak diperkenankan untuk menjalani operasi tersebut karena akan membahayakan kondisi mata. Kebutaan adalah salah satunya.
Biaya yang harus digelontorkan berkisar Rp10.000.000 hingga Rp25.000.000 per mata. Pada beberapa klinik mata atau rumah sakit, biaya tersebut mungkin sudah termasuk biaya jasa konsultasi dokter dan obat-obatan, tetapi pada klinik mata atau rumah sakit yang lain, biaya termasuk mungkin hanya biaya tindakan operasi saja.
Tentang bagaimana pengobatan hipermetropi, baik dengan lensa koreksi seperti kacamata atau softlense atau mengambil tindakan seperti operasi LASIK, itu sepenuhnya menjadi hak setiap pasien atau penderitanya. Tetapi, semua tindakan juga harus disesuaikan dengan usia dan riwayat kesehatan mereka.
Anak-anak yang menderita hipermetropi mungkin akan memerlukan kacamata untuk mengoreksi lensa mata. Hal itu dikarenakan operasi LASIK hanya dapat dilakukan apabila pasien atau penderita sudah berusia 18 tahun.
Di samping itu, lakukanlah eye exam atau tes mata sedini mungkin agar kelainan refraksi dapat segera diketahui dan dikoreksi. Serta, jagalah kesehatan mata anak dengan selalu mengkonsumsi Eyebost. Ingat mata, ingat Eyebost!