Online Store Eyebost: Online 24 Jam

Waspadai 8 Penyebab Fotofobia, Mulai dari Mata Kering Sampai Meningitis!

Shaffi Kareem

fotofobia

Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia merupakan makhluk hidup yang diselimuti dengan akal dan emosi, yang mana hal inilah yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Bukan hanya soal senang dan sedih, manusia juga merasakan emosi yang bernama takut.

Fobia, ketakutan dalam istilah khusus, merupakan rasa takut yang umumnya menjurus kepada suatu hal. Sebut saja fotofobia. Pernahkah kamu mendengar istilah yang satu ini?

Fotofobia hanyalah satu dari ribuan jenis fobia yang ada di dunia, namun belum banyak yang tau mengenai hal tersebut, nih. Yang jelas, istilah ini berkaitan dengan kesehatan mata, lho.

Karenanya, kita akan coba kupas secara tuntas tentang fotofobia, mulai dari pengertian, gejala, penyebab, dan masih banyak lagi. Jadi, jangan kemana-mana, ya!

Apa Itu Fotofobia?

Ketika mendengar istilah fotofobia, apa yang pertama kali kamu pikirkan?

Secara bahasa, fotofobia (photophobia) berasal dari gabungan dua kata, yaitu “foto” yang berarti cahaya, dan “fobia” yang berarti ketakutan sehingga bisa disimpulkan bahwa fotofobia adalah ketakutan pada cahaya.

Baca Juga: Skotoma Atau Blind Spot Pada Penglihatan, Ini 4 Jenisnya!

Akan tetapi, jangan anggap istilah ini sama penggunaannya dengan ketakutan terhadap cahaya yang dialami oleh tokoh fiksi vampir ya, teman mata. Istilah ini lebih umum digunakan dalam dunia kesehatan, khususnya kesehatan mata.

Lebih tepatnya, fotofobia adalah istilah yang digunakan dalam dunia medis untuk menjelaskan ketika mata terasa tidak nyaman apabila terpapar cahaya, terutama cahaya terang. Bukan hanya itu, seseorang dengan fotofobia mungkin juga akan mengeluhkan nyeri pada mata.

Sensitivitas terhadap cahaya bisa dikaitkan dengan beberapa kondisi medis tertentu nih, teman mata. Pun, fenomena ini juga bisa terjadi sebagai akibat dari suatu tindakan medis, misalnya pelebaran pupil mata dalam proses pemeriksaan mata agar bagian dalam mata terlihat lebih jelas.

Sebetulnya, kondisi ini banyak dialami oleh masyarakat secara luas, namun sebagian orang mungkin tidak menyadarinya akibat dari ketidaktahuan tentang gejala yang dialami. Nah, mengetahui gejala fotofobia itu sendiri akan memudahkan kita dalam proses deteksi dini, lho.

Melansir dari laman Cleveland Clinic, umumnya photophobia akan menunjukkan gejala-gejala, seperti:

  • Banyak berkedip atau menyipitkan mata
  • Lebih menyukai cahaya redup daripada terang
  • Lebih menyukai keluar rumah setelah senja daripada keluar rumah saat matahari masih bertengger di langit
  • Meletakkan tangan di atas mata untuk melindungi mata dari silau cahaya

Di samping itu, diketahui bahwa ada dua jenis fotofobia, yaitu langsung dan konsensual, di mana fotofobia langsung merupakan rasa sakit yang timbul saat cahaya mengarah langsung ke mata.

Meanwhile, fotofobia konsensual adalah nyeri yang timbul pada mata yang berlawanan saat cahaya menyinari mata yang lain. Pada kasus ini, fotofobia konsensual dikatakan sebagai fotofobia sejati.

Penyebab Fotofobia

Kamu mungkin mengalami fotofobia atau mata sensitif terhadap cahaya akibat masalah kesehatan, mulai dari iritasi ringan hingga kondisi serius yang membutuhkan penanganan sesegera mungkin.

Oleh sebab itu, penting untuk kita mengetahui apa saja penyebab fotofobia untuk menghindari kondisi tersebut semakin memperburuk ketidaknyamanan pada mata yang kamu alami. Melansir dari laman Healthline, berikut di bawah ini merupakan delapan penyebab photophobia, yitu:

1. Migrain

Fotofobia adalah gejala migrain yang paling umum. Saat migrain, penderitanya akan mengalami sakit kepala yang teramat sangat dan umumnya kondisi ini dipicu oleh beberapa faktor, seperti makanan, perubahan lingkungan, hormon, dan stress.

Adapun gejala migrain di antaranya yaitu mata sensitif terhadap cahaya, sakit kepala parah, mual, dan muntah. Oh iya, menurut data yang diperoleh National Institutes of Neurological Disorders and Stroke, lebih dari 10% orang di seluruh dunia pernah mengalami migrain. Fun fact, migrain lebih banyak menyerang wanita daripada pria.

2. Meningitis

Dalam dunia medis, dijelaskan bahwa meningitis merupakan infeksi bakteri yang mengakibatkan peradangan pada selaput di sekitar sumsum tulang belakang dan otak.

Infeksi bakteri tersebut memicu terjadinya komplikasi kesehatan serius, seperti hilangnya pendengaran, kerusakan otak, kejang-kejang, bahkan kematian. Institutes for Health Metrics and Evaluation menyebutkan bahwa setidaknya ada ratusan ribu kematian akibat meningitis di seluruh dunia setiap tahunnya.

3. Ensefalitis

Ensefalitis adalah penyakit serius dan langka yang menyebabkan otak mengalami pembengkakan akibat infeksi virus atau penyebab lainnya.

Penyakit ini bisa membahayakan jiwa dan membutuhkan penanganan medis secara mendesak di rumah sakit. Meski bisa menyerang siapapun, ensefalitis sangat berisiko dialami oleh bayi, anak-anak, dan lanjut usia.

4. Perdarahan Subarachnoid

Perdarahan subarachnoid (subarachnoid hemorrhage) mengacu pada perdarahan yang terjadi di antara ruang subarachnoid yang berada di antara otak dan jaringan yang menyelimuti otak.

Bukan bermaksud menakut-nakuti, perdarahan semacam ini lazimnya disebabkan oleh trauma atau cedera pada otak, dan berisiko menyebabkan pasien mengalami lumpuh, koma, hingga kematian. 

5. Abrasi Kornea

Abrasi kornea merupakan suatu kondisi di mana kornea mata mengalami luka atau goresan. Kondisi ini bisa terjadi akibat gesekan dari kotoran, pasir, partikel besi, ataupun benda asing lainnya yang masuk ke dalam mata.

Honestly, abrasi kornea tidak berbahaya dan bisa disembuhkan tanpa mengakibatkan komplikasi yang berarti. Namun, apabila kondisi ini dibiarkan saja tanpa ada penanganan, bukan hal mustahil ulkus kornea (infeksi pada kornea) bisa terjadi.

6. Konjungtivitis

Di Indonesia, istilah konjungtivitis (pink eye) dikenal juga dengan sebutan mata belekan. Gangguan penglihatan yang satu ini terjadi ketika konjungtiva mata mengalami peradangan akibat infeksi virus, bakteri, jamur, maupun alergi. 

Selain fotofobia, kamu mungkin akan mengalami beberapa gejala lainnya, seperti mata merah, gatal, berair, perih, dan keluarnya belek atau lendir dari mata.

7. Skleritis 

Berasal dari dua kata; “scleral” yang berarti sklera (bagian mata berwarna putih) dan “-itis” yang berarti peradangan, skleritis merupakan peradangan yang terjadi pada bagian mata bernama sklera.

Hampir separuh dari keseluruhan kasus skleritis dipengaruhi oleh gangguan pada sistem kekebalan tubuh, misalnya lupus. Adapun gejala yang dialami, seperti nyeri mata, penglihatan buram, mata berair, dan fotofobia.

8. Sindrom Mata Kering

Secara umum, sindrom mata kering dipicu oleh dua hal, yaitu penurunan produksi cairan air mata dan tersumbatnya saluran air mata itu sendiri. Padahal, peran cairan air mata sangat krusial dalam memastikan permukaan mata terhidrasi dengan baik.

Penyebab sindrom mata kering bermacam-macam, mulai dari faktor lingkungan, masalah kesehatan tertentu, efek samping obat-obatan, usia, maupun kebiasaan buruk dalam pemakaian lensa kontak dan gawai.

Apakah Fotofobia Bisa Sembuh?

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penyebab fotofobia sangat bermacam-macam, mulai dari yang ringan hingga serius. Namun sejatinya, sangat mungkin bahwa fotofobia bisa sembuh, dengan catatan, penanganannya harus dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi serius.

Nah, penanganan yang diberikan pun tidak bisa disamakan. Ahli medis akan melakukan diagnosa dan mempertimbangkan pengobatan apakah yang tepat untuk mengatasi penyebab fotofobia itu sendiri.

Sebagai contoh, fotofobia yang ditimbulkan akibat sindrom mata kering bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan apapun. Untuk mempercepat pemulihannya, kamu bisa melakukan kompres hangat, dingin, maupun memberikan air mata buatan (artificial tears).

Berbeda halnya dengan penyebab lainnya, kamu mungkin membutuhkan pengobatan khusus, misalnya antibiotik untuk konjungtivitis, skleritis, maupun abrasi kornea. Pada kasus lain, perdarahan subarachnoid membutuhkan operasi untuk menghilangkan darah dan mengurangi tekanan di dalam otak.

In conclusion, tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang fotofobia atau mata sensitif terhadap cahaya. Meskipun begitu, kita juga tidak boleh menganggap remeh kondisi tersebut, terutama ketika gejala yang dialami mengarah pada kondisi kesehatan serius.

Pada kasus tertentu, fotofobia tidak selalu diatasi dengan pengobatan medis, melainkan hanya membutuhkan istirahat dan pengobatan rumahan saja, seperti pemberian vitamin mata Eyebost.

Kenapa harus Eyebost?

Karena, Eyebost adalah vitamin mata yang diformulasikan secara khusus untuk mengatasi iritasi mata ringan, memastikan penglihatan selalu jernih, tajam, dan fokus, serta menjaga kesehatan mata secara umum.

Eyebost dibuat dari 100% bahan alami tanpa pengawet buatan, seperti madu asli, ekstrak wortel, buah bilberry, dan bunga marigold yang mengandung antioksidan lutein, flavonoid, antosianin, dan polifenol, serta vitamin A, C, dan E.

Yang lebih dahsyatnya lagi, Eyebost telah mengantongi sertifikat HALAL MUI dan izin edar yang dikeluarkan langsung oleh BPOM. Jadi, Eyebost dijamin aman deh!

Hari gini belum coba Eyebost?

Yuk, langsung pesan di website resminya dan rasakan sendiri manfaatnya!

Ingat mata, ingat Eyebost!

Bagikan:

Tags

Shaffi Kareem

ISFJ type of human.

Related Post

Tinggalkan komentar

Yuk pesan eyebost sekarang di eyebost.id agar mata makin sehat dan jernih
//
CS Anggie
Online
|
//
Konsultasi