Panca indra merupakan lima organ yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa mereka, hidup manusia tidak akan bisa berjalan dengan normal tanpa ada hambatan yang berarti. Salah satu panca indra adalah mata yang berfungsi sebagai alat penglihatan.
Mata yang digunakan oleh manusia untuk menyerap segala bentuk informasi, terkadang terjadi berbagai gangguan yang pada kemudian hari akan mengganggu berbagai aktivitas sehari-hari. ablasio retina, misalnya.
Pernahkah kalian mendengar tentang ablasio retina?
Satu hal yang pasti adalah bahwa gangguan mata retinal detachment merupakan gangguan mata yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kebutaan apabila tidak segera ditangani.
Untuk mengetahui ablasio retina lebih lanjut, yuk simak ulasan berikut!
Apa yang Dimaksud dengan Ablasio Retina?
Penyakit mata ablasio retina adalah lepasnya retina dari lapisan mata. Mendengarnya saja sudah bergidik ngeri dikarenakan hal ini merupakan penyakit mata yang sangat berbahaya.
Penanganannya harus dilakukan sesegera mungkin setelah mendapatkan diagnosis dokter.
Ablasio retina dapat disebut juga dengan retinal detachment yang berarti tidak melekatnya retina pada lapisan dasarnya.
Berawal dari robekan di retina, kemudian robekan tersebut membuat cairan Bernama vitreous gel merembes dan menumpuk di bagian belakang retina, dan pada akirnya retina akan terlepas dari lapisannya.
Selain itu, dalam sebuah studi berjudul Retinal Detachment and Proliferative Vitreoretinopathy disebutkan bahwa ablasio retina lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Selain itu, angka terjadinya retinal detachment tidak telalu tinggi yaitu sebesar 1 kasus dari 100.000 jumlah populasi.
Meskipun demikian, kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan tehadap retinal detachment (RD) dengan mengetahui gejala, penyebab, faktor risiko, dan lain sebagainya.
Gejala Ablasio Retina
Istilah ablasio retina mungkin masih asing di telinga masyarakat ini. Namun, agaknya wawasan tentang penyakit mata yang satu ini perlu disebar luaskan. Salah satu hal yang perlu diketahui adalah gejala ablasio retina atau retinal detachment.
Dengan mengetahui gejalanya, masyarakat akan lebih aware terhadap ketidaknyamanan pada penglihatan sebab ablasio retina tidak menimbulkan rasa sakit tertentu.
Sehingga, mereka dapat segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Adapun gejala ablasio retina antara lain seperti:
- Terdapat floaters berupa titik-titik hitam yang nampak pada pengihatan kita
- Photopsia atau guratan cahaya pada pengihatan
- Penglihatan kabur
- Bidang penglihatan berkurang pada bagian samping (peripheral)
- Terdapat bayangan yang menutupi penglihatan layaknya gorden
Penyebab Ablasio Retina
Suatu penyakit pasti memiliki penyebab bahkan penyakit bawaan sekalipun. begitu halnya dengan ablasio retina.
Penyakit mata yang tidak disertai dengan rasa sakit ini, akan berakibat fatal apabila terlambat untuk ditangani. Maka, segera periksakan ke dokter atau rumah sakit terdekat apabila penglihatan terganggu.
Di samping itu, sesaat setelah dokter mendiagnosa retinal detachment, pengobatan pun akan segera dilakukan.
Namun, perlu diketahui bahwa untuk menjalankan pengobatan terhadap pasien, dokter juga perlu mengeatahui penyebabnya terlebih dahulu. Adapun beragam penyebab ablasio retina antara lain seperti:
1. Rhegmatogenous
Rhegmatogenous merupakan penyebab ablasio retina yang paling umum terjadi. Kasus mayoritas rhegmatogenous disebabkan oleh penuaan.
Hal ini dikarenakan oleh cairan bernama vitreous gel yang mengisi bagian mata yang konsistensinya akan berubah menjadi lebih cair atau bahkan surut seriing bertambahya usia.
Dalam sebuah studi berjudul Retinal Detahment and Proliferaive Vitreoretinopathy disebutkan bahwa rhegmatogenous berkembang dengan adanya cairan vitreous gel, gesekan kuat yang memicu robekan pada retina, dan adanya robekan retina yang dapat membuat retina terlepas.
2. Gesekan
Penyebab ablasio retina yang satu ini dikarenakan oleh gesekan kuat yang memicu tumbuhnya jaringan parut yang tumbuh pada permukaan retina.
Jaringan parut akan membuat retina menjauh dari bagian belakang mata dan menyebabkan retina terlepas.
Bagaimanapun, ablasio retina yang disebabkan oleh gesekan banyak terjadi pada penderita diabetes yang kadar gula dalam darahnya tidak terkontrol.
Sehingga, penderita diabetes harus selalu mengontrol gula darah untuk menghindari terjadinya komplikasi pada mata seperti pada retinal detachment.
3. Eksudatif
Eksudatif menjadi salah satu dari tiga penyebab ablasio retina. Secara istilah, eksudatif berasal dari kata eksudat yang mana eksudat adalah cairan yang dikeluarkan dari dalam jaringan pada peradangan atau inflamasi. Fungsi utama eksudat adalah untuk membantu menyembuhkan luka.
Akan tetapi, eksudat dapat menyebabkan retinal detachment atau lepasnya retina dari lapisan belakang mata akibat berbagai jenis gangguan pada mata seperti Age-related Macular Degeneration (AMD), luka pada mata, tumor, atau masalah peradangan yang lain.
Faktor Risiko Ablasio Retina
Ablasio retina merupakan penyakit mata yang dapat terjadi pada siapapun tanpa memandang jenis kelamin, usia, Pendidikan, pekerjaan, riwayat kesehatan, dan lain sebagainya. Namun, setiap penyakit memiliki yang dinamakan faktor risiko.
Apakah itu faktor risiko?
Faktor risiko adalah faktor yang dapat mneingkatkan risiko terkena suatu penyakit. Dalam kata lain, apaabila kita memiliki faktor-faktor berikut, maka kita termasuk ke dalam orang-orang yang berisiko terkena suatu penyakit.
Bagaimanapun, fakor risiko ablasio retina adalah:
- Berusia lebih dari 50 tahun
- Berjenis kelamin laki-laki
- Menderita kelainan refraksi mata minus atau miopi
- Pernah menderita ablasio retina pada salah satu mata
- Berasal dari keluarga yang pernah menderita retinal detachment
- Melakukan operasi mata katarak
- Pernah menderita luka pada mata dengan derajat keparahan tinggi
- Memiliki riwayat gangguan mata seperti retinoschisis atau uveitis
Kapan saat yang tepat untuk pergi ke dokter?
Meskipun tidak terasa sakit, namun ablasio retina menimbulkan penglihatan yang tidak nyaman. Para penderita retinal detachment mungkin akan mengeluhkan pandangan kabur, terdapat titik-titik hitam, guratan cahaya, atau pun bayangan hitam yang menyerupai gorden.
Gejala tersebut akan mengganggu aktivitas seseorang sebab penglihatan kabur akan membuat kepala pusing dalam jangka waktu yang lama.
Selain itu, apabila retinal detachment terjadi pada orang usia lanjut, maka dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjatuh dan sebagainya. tentu, hal tersebut akan menimbulkan dampak yang berbahaya.
Oleh karenanya, apabila mengalami gejala-gejala tersebut, sebaiknya segera periksakan mata ke dokter guna mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Pasalnya, ablasio retina sangat membutuhkan penanganan sesegera mungkin dikarenakan dapat menimbulkan hilangnya penglihatan atau vision loss.
Cara Mengatasi Ablasio Retina
Ablasio retina merupakan penyakit mata yang terjadi pada bagian belakang mata yaitu retina. Pengobatannya tidak semudah iritasi mata yang dapat diberikan obat tetes mata karena terjadi pada bagian depan mata.
Pada kasus retinal detachment, pengobatannya cenderung rumit dan hanya tindakan bedah operasi yang mungkin dilakukan.
Di samping itu, cara pengobatan retinal detachment harus disesuaikan dengan penyebab yang menimbulkan terjadinya ablasio retina.
Dalam sebuah studi berjudul Retinal Detachment disebutkan bahwa setidaknya terdapat tig acara pengobatan ablasio retina antara lain seperti:
1. Pars Plana Vitrectomy
Pars plana vitrectomy berasal dari dua komposisi kata yaitu pars plana (bagian mata antara iris dan retina) dan vitrectomy (operasi yang dilakukan pada retina mata). Operasi ini akan disarankan oleh dokter untuk mengobati ablasio retina.
Vitrektomi dilakukan untuk menghilangkan vitreous gel dengan menggunakan mesin vitrektomi. Dalam operasi retina, dokter akan menggunakan tiga port yang mana port tersebut berfungsi sebagai cahaya, pemotong vitreous, dan kanula.
Vitrektomi pars plana dilakukan untuk menghilangkan traksi atau gesekan vitreous pada retina dan cryoteraphy (prosedur atau terapi dingin yang dilakukan untuk menghilangkan jaringan abnormal), atau laser di sekitar sobekan retina guna mencegah ablasio retina lebih parah.
2. Scleral Buckle
Prosedur scleral buckle merupakan suatu tindakan operasi yang dilakukan dengan membalut bola mata dengan menggunakan pembalut berbahan silikon.
Pembalut tersebut diletakan di bawah otot rektus estraokular hingga membentuk lekukan sklera.
Prosedur ini dilakukan untuk mencegah robekan retina lebih parah. Pada saat melakukan tindakan, dokter seringkali mengkombinasikan prosedur ini dengan prosedur retinopexy dengan mengembalikan retina ke tempat semula.
3. Pneumatic Retinopexy
Tindak bedah operasi pneumatic retinopexy merupakan prosedur yang dilakukan dalam pengobatan ablasio retina dengan memasukkan gelembung udara ke rongga vitreous pada bagian tengah mata dengan menggunakan suntikan.
Gelembung udara tersebut dimasukkan guna mendoron retina agar kembali melekat pada lapisan dasarnya.
Dalam prosesnya, pasien ablasio retina dibaringkan dengan wajah menghadap ke bawah supaya tekanan yang ditimbulkan pada mata lebih besar sehingga memudahkan retina kembali ke tempat asalnya.
Agaknya, kesadaran masyarakat akan berbagai jenis gangguan mata. Hal ini turut didukung oleh data dari WHO yang mana sekitar 2,2 juta orang di dunia mengalami kelainan refraksi.
Di samping itu, gangguan mata yang lain masih menjadi ancaman bagi kita.
Oleh karenanya, dibutuhkan kerjasama untuk mewujudkan fungsi mata yang lebih baik karena penglihatan yang jernih, bersih, serta tanpa gangguan dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Maka, menjaga mata dengan maksimal adalah kuncinya.
Sayuran berdaun hijau, buah-buahan yang kaya akan kandungan lutein dan zeaxanthin, ikan yang kaya akan omega-3, asupan cairan yang terpenuhi, berolahraga secara rutin, serta rutin melakukan pemeriksaan mata di rumah sakit. Selain itu, dapat dibarengi juga dengan mengonsumsi vitamin mata.
Vitamin mata Eyebost adalah salah satunya. Berkat gebrakan combo-lutein yang berasal dari ekstrak wortel, bilberry, blueberry, bunga marigold, serta pemanis alami madu asli, dapat turut menyokong program internasional oleh WHO serta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ingat mata, ingat Eyebost!
Tinggalkan komentar