Yuk kenali fakta dan mitos gangguan mata untuk menambah wawasanmu. Mata, yang dalam istilah medis disebut dengan oculus, adalah sebuah organ penglihatan yang terdiri dari bola mata dan saraf-saraf optik.
Indera ini menjadi salah satu organ pada tubuh manusia yang paling rumit karena terdiri dari begitu banyak saraf di dalamnya.
Selain rumit, mata juga rawan terkena masalah. Keadaannya yang selalu terbuka membuat mata harus berhadapan dengan berbagai macam bakteri, virus, dan zat-zat yang membahayakan mata.
Walaupun tidak selalu menimbulkan iritasi, tetapi ini merupakan ancaman bagi mata setiap saat. Faktor eksternal seperti bakteri dan virus tidak selalu menjadi penyebab masalah pada mata.
Adapun faktor-faktor lain seperti keturunan dan gaya hidup atau lifestyle seperti kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, asupan nutrisi, dan sebagainya.
Selain itu, masalah pada mata dapat menyerang setiap orang di segala usia. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia memiliki peluang yang sama untuk terkena gangguan mata.
Akan tetapi, gangguan mata dikenal sebagai penyakit “langganan” bagi orang-orang berusia lanjut.
Gangguan Mata pada Lansia
Lanjut usia atau yang biasa dikenal dengan istilah lansia merupakan fase lanjutan dari fase dewasa.
Menurut WHO, fase ini dibagi menjadi empat kriteria yaitu pertengahan/middle age (45-59 tahun), lanjut usia/elderly (60-74 tahun), lanjut usia tua/old (75-90 tahun), dan usia sangat tua (>90 tahun).
Pada fase lanjut usia, akan terjadi kemunduran fisik dan psikis. Mereka akan kehilangan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Maka dari itu, orang-orang lanjut usia masuk ke dalam populasi beresiko atau population at risk dimana masalah kesehatan yang dialami beresiko untuk berkembang menjadi lebih buruk.
Salah satunya adalah mata. Seiring dengan bertambahnya usia, kekenyalan mata dan kapasitas melengkungnya akan semakin berkurang.
Disertai dengan riwayat kesehatan, hal tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan mata dan menurunkan fungsi penglihatan.
Pada sebuah studi berjudul Peduli Kesehatan Mata Lansia di Wilayah Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan disebutkan bahwa prevalensi kebutaan masih jauh di atas 0,5% dimana hal itu masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia, yang mana kebutaan sendiri merupakan risiko yang timbul dari gangguan mata.
Penyebab Gangguan Mata pada Lansia
Orang lanjut usia mengalami kemunduran psikis dan fisik. Kemunduran psikis dapat dilihat dari kehilangan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari sehingga untuk melakukannya, mereka membutuhkan bantuan layaknya anak-anak yang membutuhkan bantuan orangtuanya.
Sementara itu, kemunduran fisik erat kaitannya dengan kesehatan. Pada sebuah buku berjudul Ilmu Keperawatan Komunitas disebutkan bahwa perubahan fisik terjadi dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, seperti sistem pernapasan, penglihatan, pernapasan, gastrointestinal, dan lain-lain.
Namun, salah satu perubahan fisik yang sering terjadi pada populasi orang-orang berusia lanjut adalah masalah penglihatan atau gangguan mata. Gangguan ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain adalah
1. Usia
Tidak dapat dipungkiri bahwa seiring bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan psikis akan mengalami kemunduran.
Hal ini kemudian menyebabkan menurunnya fungsi pada organ tubuh sehingga aktivitas sehari-hari pun akan terganggu.
Pada orang lanjut usia, mata perlahan-lahan akan kehilangan kekenyalan dan kelengkungannya yang kemudian menyebabkan kelainan refraksi yaitu presbiopia.
Kelainan ini dapat dibantu dengan menggunakan lensa koreksi seperti kacamata. Di samping itu, fase usia lanjut juga berpotensi terjadinya penggumpalan protein pada lensa mata atau yang disebut dengan katarak.
Gumpalan ini berwarna putih menyerupai awan yang kemudian membuat pandangan menjadi kabur dan tidak jelas.
Gangguan mata katarak hanya dapat diobati melalui tindakan bedah atau operasi. Apabila tidak segera dilakukan prosedur operasi, maka akan beresiko mengalami vision loss atau kebutaan secara permanen.
2. Riwayat Kesehatan
Kemunduran fisik pada orang lanjut usia dapat dilihat dari berbagai penyakit yang bermunculan di fase ini, misalnya tekanan darah tinggi atau hipertensi dan gula darah tinggi. Kedua penyakit ini sering disebut sebagai silent killer.
Terkadang, tekanan darah dan gula darah yang tinggi tidak terdeksi apabila tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Penyakit ini acapkali terdeteksi saat penyait lain muncul, seperti retinopati diabetik.
Penyakit ini merupakan gangguan pada saraf mata yang disebabkan oleh hipertensi dan gula darah tinggi. Permasalahan mata ini tidak dapat disembuhkan dan dapat mengakibatkan kebutaan secara permanen. Oleh karenanya, pemeriksaan rutin wajib dilakukan.
Jenis Gangguan Mata pada Usia Lanjut
Mata dengan segala keistimewaannya memiliki fasenya tersendiri. Pada saat seorang bayi dilahirkan, penglihatan mereka masih buram dan tidak jelas.
Hal ini dikarenakan mata sebagai fungsi penglihatan masih belum sempurna. Seiring dengan bertambahnya usia, penglihatan mata semakin jelas.
Begitu pun pada saat usia lanjut. Pada fase ini fungsi penglihatan menurun karena terjadi kemunduran fisik dan psikis.
Hal ini mengakibatkan penglihatan yang memburuk bahkan tidak jarang menimbulkan kebutaan. Adapun jenis gangguan mata pada usia lanjut yang biasa terjadi, yaitu:
1. Presbiopi
Gangguan mata ini merupakan suatu kelainan refraksi yang menyebabkan penderitanya tidak dapat melihat benda-benda dekat.
Hal ini disebabkan karena seiring bertambahnya usia, kelengkungan pada mata pun berkurang sehingga titik dekat akan menjauhi mata.
Presbiopi hampir mirip dengan hipermetropi (mata plus), namun gangguan mata ini hanya terjadi pada orang-orang berusia lanjut sehingga presbiopi juga dikenal dengan istilah “mata tua”. Untuk membantu mengoreksi kelainan refraksi ini, kacamata dapat digunakan.
2. Glaukoma
Glaukoma adalah gangguan mata dimana terjadi penyumbatan cairan mata sehingga saraf mata mengalami kerusakan akibat tekanan cairan mata yang tersumbat. Gangguan mata ini tidak dapat disembuhkan dan berpotensi menyebabkan kebutaan secara permanen.
Gejala yang biasanya dirasakan oleh penderitanya adalah pengelihatan yang nampak seperti melihat menggunakan teropong.
Di saat pengelihatan sentral masih terlihat jelas, sekelilingnya berwarna hitam dan lama-kelamaan meluas dan menyebabkan kebutaan.
3. Katarak
Katarak merupakan gangguan mata yang diakibatkan oleh penggumpalan protein pada lensa mata. Gumpalan berwarna putih pada mata akan mengganggu fungsi penglihatan bahkan dapat mengakibatkan kebutaan apabila tidak segera ditangani oleh dokter.
Katarak dapat terjadi pada satu mata (uniteral) maupun kedua mata (bilateral). Namun, katarak tidak dapat diobati menggunakan obat-obatan, melainkan hanya dapat disembuhkan melalui tindakan bedah atau operasi.
4. Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik atau yang dalam istilah medis disebut dengan diabetic retinopathy adalah sebuah gangguan yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dan tumbuhnya banyak pembuluh darah baru di depan retina.
Pembuluh darah baru ini dapat mengganggu proses penglihatan bahkan kebutaan. Biasanya, gangguan ini juga ditandai dengan bercak merah pada mata. Hal ini dikarenakan terjadi pendarahan di retina mata. Selain itu, ada juga resiko jaringan retina mata terlepas.
Mitos dan Fakta Gangguan Mata pada Lansia
Mata adalah salah satu organ paling esensial dalam hidup manusia. Apabila mata terganggu, otomatis aktivitas sehari-hari akan terganggu.
Di seluruh dunia, hampir sepertiga populasi mengalami gangguan pada mata, tetapi kesadaran masyarakat akan kesehatan mata masih sangat kurang.
Berangkat dari isu tersebut, WHO dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia selalu mengusung tema yang berbeda setiap tahun pada peringatan Hari Penglihatan Sedunia atau World Sight Day.
Bagaimana pun, kesadaran masyarakat yang kurang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kesehatan mata.
Pengetahuan inilah yang seharusnya berperan besar dalam menekan angka prevalensi penderita gangguan mata.
Selain itu, kurangnya pengetahuan juga mengakibatkan beredarnya berbagai mitos tentang gangguan mata. Adapun mitos dan fakta gangguan mata pada lansia, yaitu
- “Katarak dapat disembukan dengan obat tetes mata.”
Jawabannya, MITOS.
Pernyataan tersebut sepenuhnya mitos karena pada faktanya, katarak hanya dapat disembuhkan dengan menjalani prosedur operasi katarak. Obat-obatan yang diberikan oleh dokter hanya dapat digunakan sebagai bentuk perawatan saja.
- “Kebutaan akibat gangguan mata tidak dapat dicegah.”
Jawabannya, MITOS.
Faktanya, kebutaan akibat gangguan mata dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan mata secara berkala. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan gangguan pada mata, dokter akan segera melakukan tindakan guna mencegah terjadinya kebutaan.
- “Glaukoma tidak dapat disembuhkan.”
Jawabannya, FAKTA.
Pernyataan tersebut adalah fakta. Glaukoma memang tidak dapat disembuhkan bahkan dengan tindakan operasi sekali pun.
Akan tetapi, glaukoma dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan secara rutin, terlebih lagi apabila Anda memiliki minus > 6 dioptri.
- “Wortel dapat meningkatkan kualitas penglihatan.”
Jawabannya, FAKTA.
Wortel yang dikenal memiliki kandungan beta karoten dan vitamin A yang tinggi, dapat membantu menjaga kesehatan mata supaya penglihatan tetap sehat dan jernih. Tetapi, perlu diingat bahwa wortel tidak dapat menyembuhkan gangguan mata, termasuk pada lansia.
Gangguan mata pada lansia seringkali bersifat permanen dan tidak dapat disembuhkan kecuali melakukan prosedur bedah seperti katarak.
Tetapi, gangguan tersebut dapat dicegah, di antaranya adalah melakukan pemeriksaan mata secara berkala dan mengonsumsi makanan sehat.
Akan tetapi, apabila memiliki kekhawatiran akan nutrisi yang belum tercukupi, dapat dibantu juga dengan mengonsumsi suplemen seperti Eyebost.
Suplemen ini mengandung bahan-bahan alami seperti ekstrak bilberry, blueberry, wortel, bunga marigold, dan madu hutan asli.
Kandungan-kandungan tersebut dapat membantu merawat kesehatan mata apabila dikomsumsi secara rutin dan sesuai dengan anjuran pemakaian pada kemasannya.
Tinggalkan komentar